Jajanan Berbahaya di Jaktim Menurun
Volume jajanan yang mengandung zat kimia berbahaya di Jakarta Timur mulai menurun. Ini sangat baik untuk tumbuh kembang anak yang sering mengkonsumsi jajanan, terutama di lingkungan sekolah.
Hasilnya ditemukan pangan berbahaya itu hanya 8,9 persen. Tahun 2014 lalu mencapai 14,3 persen. Terjadi penurunan angka yang cukup signifikan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DKI, Dwi Prawitasari mengatakan, sejak Januari hingga Maret 2016 ini, dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman di kantin-kantin sekolah. Total sekolah di Jakarta, sebanyak 5.741 sekolah dari tingkat SD-SMA atau sederajat. Namun yang diambil sampel secara acak hanya di 200 sekolah.
"Hasilnya ditemukan pangan berbahaya itu hanya 8,9 persen. Tahun 2014 lalu mencapai 14,3 persen. Terjadi penurunan angka yang cukup signifikan," ujar Dwi, Jumat (11/3).
Lenggang Jakarta akan Dibangun di Tiap KotaPenurunan angka ini menunjukkan para pedagang di kantin sekolah mulai sadar akan bahayanya makanan dan minuman mengandung zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Ia berharap angka penggunaan zat kimia berbahaya ini semakin menurun. Sehingga jajanan di kantin-kantin sekolah benar-benar terbebas dari zat kimia berbahaya dan sehat serta aman untuk dikonsumsi.
Sementara Asisten Perekonomian Jakarta Timur, Eric Petra Lumbun mengatakan, pengawasan jajanan kantin sekolah melibatkan pihak BPOM DKI, yang memiliki peralatan lengkap dan canggih. Diharapkan dengan pengawasan ketat ini jumlah makanan dan
minuman mengandung zat kimia berbahaya semakin berkurang."Tim jejaring pangan akan bekerja ekstra ketat melakukan pengawasan jajanan di kantin-kantin sekolah. Termasuk yang dijual di pedagang kaki lima dan warung-warung juga akan kita periksa semua," tandasnya.